Sekitar 8000 pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini dari berbagai daerah menghadiri Seminar Nasional tentang Kurikulum 2013 yang digelar Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Sabtu (14/3/2015).
Seminar yang bertemakan "Substansi, Tinjauan, dan Implemetasi KURIKULUM 2013 PAUD” tersebut digelar juga untuk memperingati Hari Ulang Tahun HIMPAUDI yang ke-10. Peserta seminar yang sebagian besar wanita sempat kecewa lantaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, yang dijadwalkan hadir sebagai keynote speaker,ternyata tidak hadir.
Kepada para peserta, Ketua Umum HIMPAUDI, Prof. Dr. Ir. Hj. Netty Herawati, M.Si., memaklumi kekecewaan para peserta, tapi Guru Besar Ilmu Gizi dari Universitas Riau tersebut menegaskan, walaupun batal hadir, Mendikbud sangat mengapresiasi keberadaan guru PAUD dan akan terus berkomitmen untuk mensejahterakan guru PAUD.
Mendikbud juga mengaku menyesal tidak dapat hadir dan ia memberikan beberapa patah kata melalui video.
"Saya percaya, kegiatan yang melibatkan lebih dari 6.700 guru dan tenaga kependidikan anak usia dini dari seluruh Indonesia ini, merupakan ajang yang sangat bermanfaat untuk mengantisipasi perubahan dan memastikan bahwa kualitas pendidikan anak-anak di PAUD-PAUD kita berjalan dengan baik. Saya sampaikan apresiasi atas terselenggaranya seminar ini," katanya.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ir. Hj. Netty Herawati, M.Si., mengatakan, PAUD lebih dari sekedar persiapan masuk SD. Namun, PAUD merupakan landasan utama setiap anak Indonesia menapaki jenjang kehidupan. Pasalnya, kata Netty, usia Dini adalah masa keemasan (Golden Age) mengingat pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan anak telah mencapai 50% dari kecerdasan orang dewasa dan terus berkembang hingga mencapai 80% pada usia 8 tahun.
“Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan komprehensif pada usia dini dapat bersifat permanen yang sulit diperbaiki setelah masa tersebut terlampaui. PAUD gerbang dan pondasi penting dalam Gerakan Revolusi Mental bangsa ini, “katanya.
Karena itu, katanya, penting bagi bangsa dan pemerintah, juga masyarakat Indonesia untuk menjaga dan menjamin mutu setiap pendidik PAUD. Perjuangan meningkatkan mutu, kesejahteraan, penghargaan dan perlindungan bagi semua pendidik PAUD adalah harga mati yang tak bisa ditawar-tawar lagi jika bangsa ini ingin maju.
Namun, diakui Netty, dibalik peran sentral itu, cukup banyak permasalahan yang dihadapi pendidik PAUD, antara lain, sebagian besar pendidik PAUD masih hanya lulusan SMA, bahkan sekitar 4 % diketahui lulusan SMP. Selain itu, hanya 23,6 persen pendidik PAUD non formal yang sudah mencapai jenjang pendidikan S1. “ Total, kurang dari 10 % pendidik PAUD yang sudah mengikuti pendidikan dan latihan standar, “katanya.
Tingkat kesejahteraan pendidik PAUD juga, dikatakan Netty masih sangat memprihatinkan, bahkan tak sedikit pendidik PAUD yang mengajar secara sukarela. “ Tahun ini dana insentif APBN baik jumlah penerima maupun besarannya menurun sehingga tahun ini tidak sampai 6% pendidik PAUD Non Formal mendapatkan insentif APBN dengan nominal menurun dari Rp. 1.200.000 menjadi Rp.750.000 4, “ jelasnya.
Ia juga mengakui, sebagian besar pendidik PAUD belum mengetahui dan memahami Kurikulum Nasional PAUD dan Standar PAUD yang baru disahkan tahun 2014 lalu.
Dalam seminar tersebut, juga dilakukan peluncuran website HIMPAUDI sebagai wadah
komunikasi, berbagi informasi dan media belajar semua Guru PAUD. Peluncuran Website HIMPAUDI tersebut dilakukan Plt. Dirjen PAUD-DIKMAS, Dr. Taufik Hanafi.
Selain Taufik Hanafi, nampak hadir dalam seminar tersebut antara lain, Kepala BKKBN yang juga mantan Dirjen PNFI dan mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Fasli Jalal. Phd. Hadir juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, H. Furqon MA., Ph.D.
Sumber: PAUDNI
0 comments:
Posting Komentar